Jumat, 06 November 2009
Maukah kau?
genapi mimpi tercerai semalam tadi....
Maukah kau?
penuhi kekosongan pundi-pundi hati....
Maukah kau?
iringi puja bagi Yang Maha....
Maukah kau?
letupi sunyi dengan kehangatan....
Maukah kau?
berbagi segala dalam segala....
Maukah kau?
meretas tanpa tahu batas....
Maukah kau?
Taruh Saja Di Pundakku
bukankah telah nyata?
pundakku selalu luas bagimu:
senyum ini terkembang tanpa terbeban.
Bila peluh membanjir,
jangan melihatnya seperti melihat darah...
tetapi sekalah dengan ketenangan
dalam lingkaran kasih abadi...
Taruh saja di atas pundakku,
bersama percayamu.
Bukankah kau tahu?
pundak ini dimiliki dan memiliki Batu Penjuru setia...
Senin, 27 Juli 2009
Bagi Yang Maha
dihampiri kupukupu beria jingga:
Haturkan puji bagi Yang Maha.
Berarak awan dalam parade keperakan.
Menaung irama kepak burungburung.
Matahari ramah tersenyum mesra, hangati segala dibumi:
tak lepas aku, diselubung semilir di bawah rerindang:
Sujud syukur pada Yang Maha.
Jumat, 05 Juni 2009
TanpaMu
memandang segala dalam kabut:
nyatakan hitam sebagai putih
tiap langkah adalahkeseokan abadi:
taburkan benih-benih luka di sekujur,
mendarah daging,
berakar pada hati menjadi parasit yang setia.
Senyum terbendung, tak lagi kembang di bibir.
Sabtu, 23 Mei 2009
IGAU
Bersih... bersih... bersih...
Runduk... runduk... runduk...
Sabar... sabar... sabar...
.........
Hati yang mengigau...
Hatiku?
Hatimu?
Hatinya?
Hati kita?
Hati mereka?
(Semoga keberadaan yang tak pernah ada...)
Sabtu, 18 April 2009
Insomnia
sisir tiap sisi perlahan
Buahkan kenangan pada benak:
melintas frame demi frame
Gulirnya lebur waktu dua putaran
Di puncak, berharap terjerembab dalam mimpi
hingga pagi...
TAK LAGI MERAH JAMBU
di sayat katakata yang telah mati.
Ceceran merah jambunya memburai
kenai muka tanah!
terhisap...
hilang...
( ...dan bulan kembali pasi pecahkan tekateki semalam tadi... )
Jumat, 03 April 2009
Sebuah Perjumpaan
penuhi rongga-rongga:
puaskan dahaga sekian lama
angkat wajah terendap di pekuburan waktu
Senin, 30 Maret 2009
Tahukah kau?
betapa aku ingun membelai rambutmu
resapi halus pipimu di tiap mili
dalam kediaman masing-masing
Tahukah kau?
detik-detik itu akan teramplifikasi
berakumulasi di lembah gersang
menjadi penyejuk!
Tahukah kau?
lembah itu akan berteriak-teriak
gaungkan cinta...
bagimu.
Kamis, 19 Maret 2009
Be yourself.
Ini adalah salah satu falsafah yang terpercik oleh seorang teman pada waktu sekolah dulu. Aku dulu juga bingung apa maksudnya, perlahan aku coba cerna dan akhirnya aku mendapat sebuah inspirasi.
Tak ada lobang yang tak bolong , yang namanya lobang pastilah bolong. Ya itu pasti. Di manapun yang namanya lobang pasti bolong! Dari sini kuambil bahwa aku harus jadi diriku sendiri dimanapun aku berada. Aku adalah daniel, daniel adalah aku. Dimanapun dan kapanpun aku adalah daniel, daniel adalah aku…
Itulah mengapa sering kali terucapkan olehku tak ada lobang yang tak bolong…
Mengalahkan Diri Sendiri
Contoh kecil adalah pada waktu aku menginginkan sesuatu padahal aku tahu benar bahwa aku sama sekali tidak membutuhkan sesuatu tersebut, pada waktu inilah aku berperang dengan egoku.
Tinggal keputusannya bagaimana, menyerah dengan keinginan yang sia-sia atau berjaya dengan akal sehat! Memang sih, tak jarang aku kalah terhadap ego. Makanya pada waktu aku sadar, aku mampu berpikir jernih, aku berusaha untuk memengkan pertempuran dalam diri sendiri ini…. dengan kata lain mengekang hawa nafsu. Bila sudah terbiasa demikian, aku yakin kebiasaan untuk menghargai diri sendiri maupun orang lain akan lebih bertumbuh….
BINARBINAR
Pecah kesah terarah tuah
Puji uji meruji janji
Bongkah langkah rekah merah
Akhir bibir usir getir:
aduh lepuh, sedu mendebu
Nanar pudar dilingkar binar
AKHIR PEKAN DI SIMPANG LIMA
dilintas sekian kali
tekuk lutut gulir mengalir
rampas ruang petak sepetak
matamata mematamatai matamata
Jumat, 27 Februari 2009
SESAAT SEBELUM TIDUR
Sebaris kata terhimpun
membumbung dari bibir mungil
letupkan merah pada hati.
Sesaat sebelum tidur
Sebuah Kencan
Mesra benar dirimu kekasih
bergelayut manja di tiap sela
sedari gelap gerilya menikam cahaya
hingga roman-roman di sekitar tenggelam
Setia benar rengkuhmu kekasih
menyisir tubuhku
serahkan segala pada dingin…
Kekasihku: sunyi
FADE OUT
Lari kecil melemah
terbeban luka: bukan di tubuhnya.
Bumi bungkam, tak menjaring rasa setitikpun
Luka itu mengian, antarkan tubuh pada ambang kehampaan
Lari kecil makin lemah
lalu terhenti saat hampa selubungi tubuh itu: bukan tubuhnya
TAUBAT
Laki-laki terkapar
di jungkir segepok logam mulia
Rindu merudung,
yakinkan mata pada savana
Dan karnaval kristal-kristal cari bernyanyi: aku ingin pulang
MENGGANTUNG
Kulihat senyummu:
menggantung
Tangguhkan segala keharusan: gelak-gelak tergeletak
Ada gerhana di sana: tutupi segala keharusan
Bumi menimbang timbang: dendang atau tendang
HANYA KATA
Kami bukan hama;
kami tak memakan benih-benih
Kami bukan air;
kami tak segarkan tanah
Kami bukan kompos;
kami tak gemukkan benih-benih
Kami hanya segerombol kata melintas
tiba-tiba memercik: hidupkan benih-benih.
Sabtu, 31 Januari 2009
DAHAGA
tertenung uraian mahkota di atas roda
mengumbar keping-keping nostalgi
menjadi dahaga:
akan suara
akan aroma
akan rupa
Sabtu, 17 Januari 2009
LANGIT (SEDANG) HITAM
menyibak mendung di atas palung
Pada derit katrol-katrol
Pada debur-debur bergulung
Meski sipit berujung datar:
Haturkan puji bagi Yang Maha
Langit-langit hitam mengabu
saringkan bintang di pemakaman
Kusam tak bertuan