Daun itu telah basah
dikenai air hujan
basahnya menjadi payung
bagi belalang kecil
sayap dan kakinya lelah
beradu dengan waktu
Dan bila musim berlalu
daun itu menjadi kering
keringnya menjadi keputusan
bagi belalang kecil
sayap dan kakinya kuat
beradu dengan waktu.
Rabu, 17 September 2008
TAK LAGI SIMETRI
Ada tersingkap dari puing
seri meribu bersama keeratan
Masuk ke dimensi berlalu yang
kini tak lagi simetri:
Merah tak semerah merah
Biru tak sebiru biru
Ada tersibak dari reruntuh
senyum meribu bersama kecerahan
Rambati relung dengan tempo yang
kini tak lagi beruntun:
Satu tak sesatu satu
Empat tak seempat empat.
seri meribu bersama keeratan
Masuk ke dimensi berlalu yang
kini tak lagi simetri:
Merah tak semerah merah
Biru tak sebiru biru
Ada tersibak dari reruntuh
senyum meribu bersama kecerahan
Rambati relung dengan tempo yang
kini tak lagi beruntun:
Satu tak sesatu satu
Empat tak seempat empat.
ASIH, TAKLUKKAN AKU
Asih tersayang,
bisikkan mantramu di atas tanahku;
Tebari tiap incinya dengan benihmu
pada aneka musim,
pada tiap arah angin.
Taklukkan jiwaku!
bisikkan mantramu di atas tanahku;
Tebari tiap incinya dengan benihmu
pada aneka musim,
pada tiap arah angin.
Taklukkan jiwaku!
KARENA BUNDA SAYANG PADAKU
Nasi sepiring bersegi empat
disarung selimut tiap sudutnya
menjadi ria,
karena……..
Kosong sekertas bergaris tepi
rapi tiap sisi
menjadi rasi
karena.........
disarung selimut tiap sudutnya
menjadi ria,
karena……..
Kosong sekertas bergaris tepi
rapi tiap sisi
menjadi rasi
karena.........
Kamis, 04 September 2008
Di Hulu
Pada hulu kita bertemu lagi
merangkum perjalanan yang terseok
terhanyut,
hilang arah,
terhempas batu,
kedinginan,
bertemu wajah yang tak asing: memberi roti tak ternilai!
Di hulu,
rangkuman merupa bayang
lelapkan jiwa pada pembaruan bijak-bijak!
merangkum perjalanan yang terseok
terhanyut,
hilang arah,
terhempas batu,
kedinginan,
bertemu wajah yang tak asing: memberi roti tak ternilai!
Di hulu,
rangkuman merupa bayang
lelapkan jiwa pada pembaruan bijak-bijak!
Langganan:
Postingan (Atom)