KEMENANGAN TERBESAR dalam hidup kita adalah saat kita bisa MENGALAHKAN DIRI SENDIRI

Selasa, 18 November 2008

KASIHAN DEH LU!

Jika kaukata padaku:
" Kasihan deh lu! "
Maka kujawab:
" Kasihan deh lu! "


Kosong ucapmu bangkitkan nilai:
lelapkan keagunganmu,
retaskan keangkuhanmu,
hempasnya dalam bisu………


Jika kaukata padaku:
" Kasihan deh lu! "
Maka kujawab:
" Kasihan deh lu! "

BULAN BUNDAR BELUM LAGI MUNCUL

Bulan bundar bulan lagi muncul
Aku rindu padanya: rindu pada terangnya
rindu pada ceria bocah berlarian di tanah lapang


Bulan bundar belum lagi muncul
memaksa sunyi terjaga
berkawan sepi
nyanyikan desir dan tarikan daun


Bulan bundar belum lagi muncul...

LAGU UNTUK SETERU

Hai sobat, bagaimana kabarmu?
Bagaimana kabar anjingmu?
Siapkah dia memburuku?
Siapkah dia menerkam, mencabik lalu
mengambil bagian tubuhku untukmu?
Bila tidak, jangan paksa dia sobatku!
( karena mungkin dia lelah mengingkari mata batinnya....)
Jangan kau tembak kepalanya,
hingga otaknya terburai kenai wajahmu!
( karena mungkin otaknya akan meracuni otakmu sampai lelehkan sesal!)
Sebab telah kusediakan bagimu, dagingku
di atas meja perjamuanmu:
Di mana kaki dan tanganmu berkumpul
Utarakan kesetiaan pada rasa
Di lambung mereka masing-masing.....

Sabtu, 08 November 2008

MEREMANG

Dan bila waktunya
matahari sembunyi
Angkat jangkar dari pelabuhan
Peluhnya iris mata perlahan
Lalu hari sepi…

Sabtu, 01 November 2008

PASAK-PASAK RETAK

Semakin dekat waktunya
renggut keteduhan di binar-binar
meletup seringaikan ngeri
pada gulita.

Gulita merajai netra
sentak pasak-pasak

Pasak-pasak retak
mengaduh tanpa teriak, tanpa isak
hanya sesak-sesak
rong-rong cipta: asingkan rasa
hingga karsa lelah
melangkah....

Jumat, 31 Oktober 2008

MENGONGGOK DI SIMPANG

Kelumit daging mengonggok di simpang
kakinya retak berlemah kira
berpadam mata pada cahaya
diam,
ternaung mega-mega

tanpa matahari.

Rabu, 17 September 2008

DAUN DAN BELALANG

Daun itu telah basah
dikenai air hujan
basahnya menjadi payung
bagi belalang kecil
sayap dan kakinya lelah
beradu dengan waktu

Dan bila musim berlalu
daun itu menjadi kering
keringnya menjadi keputusan
bagi belalang kecil
sayap dan kakinya kuat

beradu dengan waktu.

TAK LAGI SIMETRI

Ada tersingkap dari puing
seri meribu bersama keeratan
Masuk ke dimensi berlalu yang
kini tak lagi simetri:
Merah tak semerah merah
Biru tak sebiru biru

Ada tersibak dari reruntuh
senyum meribu bersama kecerahan
Rambati relung dengan tempo yang
kini tak lagi beruntun:
Satu tak sesatu satu

Empat tak seempat empat.

ASIH, TAKLUKKAN AKU

Asih tersayang,
bisikkan mantramu di atas tanahku;
Tebari tiap incinya dengan benihmu
pada aneka musim,
pada tiap arah angin.

Taklukkan jiwaku!

KARENA BUNDA SAYANG PADAKU

Nasi sepiring bersegi empat
disarung selimut tiap sudutnya
menjadi ria,
karena……..

Kosong sekertas bergaris tepi
rapi tiap sisi
menjadi rasi

karena.........

Kamis, 04 September 2008

Di Hulu

Pada hulu kita bertemu lagi
merangkum perjalanan yang terseok
terhanyut,
hilang arah,
terhempas batu,
kedinginan,
bertemu wajah yang tak asing: memberi roti tak ternilai!

Di hulu,
rangkuman merupa bayang
lelapkan jiwa pada pembaruan bijak-bijak!

Minggu, 31 Agustus 2008

MALIOBORO: RENDEZVOUS SANG KARIB

Matahari berayun,
tamasyakan mata pada area lama
lewat larik kekhawatiran
lewat baris keinginan: lalu sampai di
rendezvous sang karib

yangberair segar keemasan: kilaunya menyita rasa!

IRONI

KAMU-AKU
AKU-KAMU
KAMU-AKU
AKU-KAMU
KAMU-AKU
KAMU-KAMU
KAMU-KAMU
LALU AKU?

DISCARD

Koin terlempar
menggelinding di atas aspal hitam
bergelut debu,
kemudian tergolek
dibuai sepi hingga senja.

Jumat, 15 Agustus 2008

volcano

gigil bumi,
aliri lembah-lembah
naik ke penghujung
diam-diam seringaikan luka
mengayuh perlahan
hingga
sampai kepada nganga
menjerit...
pekakkan raga-raga curiga.

Rabu, 06 Agustus 2008

DI MUARA

dan bila waktunya
dingin menyerbu
rentangkan pasi
pada detak terhenti
di muara
menuai ladang masing-masing

DI FRONT

Setiap dari kita berada
di front
membawa ransum
dan zirah masing-masing

Senin, 14 Juli 2008

Rema

Sunyi tertunduk,
resapi dalam-dalam
Hitam mengabu kikis jelaga demi:

kemurnian embun pagi

Kesedihan Menghancurkan

Hatiku begitu sedih
hingga imajiku
tak lagi bisa
personifikasikan para penghibur

Hatiku begitu hancur
hingga mataku
tak lagi bisa
menyatu dengan mozaik-mozaik
TAK ADA LOBANG YANG TAK BOLONG